Oleh: Puspita Ayu Permatasari
Puspita Ayu Permatasari adalah peneliti yang terpilih untuk mempresentasikan hasil risetnya yang berjudul “Mapping Mobile Apps on Batik: A Journey across Heritage and Fashion” dalam Konferensi Saintifik Internasional dalam tema “Fashion Communication: between tradition and future digital developments – FACTUM19”, yang diadakan di CSF Congressi Stefano Franscini – Monte Verità (Ascona, Switzerland) 21-26 July 2019.
Tema besar konferensi ini membahas tentang perkembangan teknologi komunikasi dalam industri mode dan adibusana dunia hari ini, yakni antara tradisi dan perkembangan digital masa depan.
Pertemuan peneliti dunia ini bertujuan untuk mempromosikan teori dan kerja interdisipliner empiris tentang bagaimana berbagai praktik komunikasi berdampak pada industri adibusana dunia dan praktik-praktik dan nilai-nilai yang terkait dengan sosial, ekonomi dan budaya dalam sebuah mode busana. Secara khusus, konferensi ini membahas hubungan antara tradisi dan inovasi, teknologi komunikasi digital serta bagaimana membangun industri adibusana yang berkelanjutan dan inklusif. Selain itu juga mencakup berbagai dimensi fesyen lainnya yakni: Warisan Budaya Takbenda dari Fashion, Komunikasi Antar Budaya dalam Mode, Media dalam Mode, dan Komunikasi visual dalam Mode, serta hubungan Fesyen dan Musik.
Sejak pengakuan dari UNESCO di tahun 2003 serta kebijakan ekonomi, sosial budaya yang kuat dari pemerintah Indonesia, Industri Batik berkembang sangat pesat di Indonesia hingga mencapai jumlah UKM Batik sebesar 47.755, dan memberi lapangan kerja bagi 199.444 pekerja (perajin lokal, desainer, dll.), dengan nilai total ekspor mencapai 50 miliar USD ke seluruh dunia pada tahun 2017. Presentasi riset ini memberi wawasan dan kontribusi dalam bidang Komunikasi digital warisan budaya dalam tekstil: yaitu model metodologis cara memetakan aplikasi seluler yang berhubungan dengan Batik.
Penelitian Puspita membahas tentang bagaimana Batik, sebagai warisan budaya tak benda yang diakui oleh UNESCO, dikomunikasikan melalui teknologi media aplikasi seluler. Terdapat sekitar 164 aplikasi seluler tentang Batik yang telah berkembang di Indonesia. Beberapa pertanyaan krusial yang diangkat dalam riset ini adalah:
1. Bagaimana warisan budaya tidak berwujud Batik dan narasinya terkait busana disajikan dalam aplikasi seluler yang relevan? Khususnya dalam hal:
- Klasifikasi developer aplikasi seluler;
- Konten yang disediakan di laman Informasi Umum aplikasi;
- Media yang digunakan;
- Fitur; dan
- Konten informasi tekstual (misal: produksi Batik; Jenis produk Batik; nilai penggunaan Batik; Nilai UNESCO)
2. Bagaimana poin-poin penting UNESCO dibahas dalam aplikasi seluler Batik?
3. Sejauh mana nilai-nilai penggunaan Batik ditafsirkan dan diadaptasi ke dalam mode kontemporer?
4. Apa makna baru Batik di dunia mode kontemporer?
Riset ini didasarkan pada teori Teknologi Komunikasi dan Informasi yang telah dikembangkan oleh UNESCO Chair in ICT to develop/promote sustainable tourism at World Heritage Sites, yaitu:
ICTs could enable stakeholders in the tourism domain in five main areas which can be adapted to the fashion heritage.
(i) Access. Provide access to quality information on fashion heritage;
(ii) BetterExperience. Improve the actual experience of such textile;
(iii) Connect the three main players: heritage, locals, and fashion stakeholders;
(iv) Dis-intermediate. Streamline some relationships, so to ensure that local communities can benefit from fashion production and distribution; and
(v) Educate. ICTs provide learning platforms to facilitate relevant stakeholders to learn about Batik design and fashion production.
Sumber: Permatasari, P. A., & Cantoni, L. (2019, July). Mapping Mobile Apps on Batik: A Journey Across Heritage and Fashion. In International Conference on Fashion communication: between tradition and future digital developments (pp. 166-178). Springer, Cham.
Salah satu hasil riset ini membahas tentang Diagram hasil Analisa terhadap 164 aplikasi seluler, yang berkaitan dengan Konten Informasi Tekstual nilai-nilai adiluhur Batik yang dilestarikan oleh UNESCO:
Konferensi ini diselenggarakan dan dipimpin oleh:
- Prof. Lorenzo Cantoni, USI – Università della Svizzera italiana / UNESCO Chair in ICT to develop and promote sustainable tourism at world heritage sites (Lugano, Swiss)
- Prof. Francesca Cominelli, Université Paris 1 Panthéon-Sorbonne (Paris, Prancis)
- Prof. Nadzeya Kalbaska, USI – Università della Svizzera italiana (Lugano, Swiss)
- Prof. Teresa Sádaba, ISEM Fashion Business School (Madrid, Spanyol)
Konferensi ini dihadiri oleh lebih dari 50 peserta yang terdiri dari akademisi, serta konsultan terbaik di bidangnya dari berbagai institut fesyen dan konsultan luxury fashion terkemuka di dunia seperti, London College of Fashion, University of the Arts London, UK, Sapienza University, Italy, National Institute of Fashion Technology (NIFT) India, Institut Francais de la Mode, France. Manchester Fashion Institute, UK, dan lain sebagainya.
Info lebih lanjut : www.digitalfashion.ch/fashion-communication-conference
Untuk mambaca artikel riset : Mapping Mobile Apps on Batik: A Journey Across Heritage and Fashion, bisa hubungi Puspita Ayu di puspitaayu.permatasari@gmail.com atau permap@usi.ch
Tentang Puspita Ayu : http://usi.to/v9y
Galeri presentasi