Pengalaman Perayaan Idul Adha di Swiss

Oleh Alyssa P

Gimana sih lebaran haji di Swiss?

Pada hari Minggu, 11 Agustus 2019, warga Indonesia yang berada di Swiss berkumpul di Wisma Duta RI, Gümligen, untuk merayakan Idul Adha bersama. Setiap tahun, pihak KBRI menjamu semua warga Indonesia, yang merayakan maupun yang tidak, untuk bersilaturahmi. Pada blog post ini, saya ingin menceritakan apa yang berbeda dengan solat Idul Adha di Swiss dengan di Indonesia.

1. Solatnya jauh bro

Hal pertama yang jelas berbeda dengan merayakan lebaran di Indonesia adalah perjalanan yang jauh menuju tempat solat. Biasanya, saya solat di lapangan komplek rumah saya atau di mesjid terdekat dari rumah. Karena saya berdomilisi di Zurich, saya harus berangkat subuh-subuh untuk mendapatkan kereta jam 6.30 ke Bern, lalu disambung dengan kereta lokal ke Gümligen untuk sampai tepat waktu di Wisma Duta untuk solat Idul Adha pada pukul 9.00. Belum juga tiket keretanya yang mahal. Untuk perjalanan PP dari Zurich ke Gümligen dengan halbtax (kartu diskon kereta Swiss), harganya bisa sampai 60CHF (kira-kira Rp800,000)! Tentunya ada opsi untuk solat di mesjid lokal di Zurich atau sekitarnya, namun pastinya gak akan ada makanan Indonesianya setelah solat.

Rute perjalanan dari Zurich ke Wisma Duta RI

2. Lebaran bisa terasa sepi – tapi selalu ada keluarga besar Indonesia

Namanya juga anak rantau, hari lebaran di luar negeri pasti gak seramai di rumah bersama keluarga. Gak ada takbiran. Gak ada yang heboh mau pakai baju apa besoknya. Berangkat pagi-pagi pun sendirian. Untungnya, sesampainya di Bern, saya bertemu dengan gerombolan orang Indonesia dari Basel yang juga menuju Wisma Duta. Saya pun bergabung dengan mereka melanjutkan perjalanan. Sesampainya di Wisma Duta, halaman belakang rumah Pak Dubes sudah ramai. Kira-kira ada 100an orang datang untuk solat bersama. Tidak terlalu banyak, sehingga tempatnya pun tidak berasa sesak. Setelah selesai solat, banyak lagi orang Indonesia maupun Swiss yang tidak merayakan lebaran juga datang ikut bersilaturahmi dan makan bersama. Walaupun jauh dari keluarga, acara kumpul-kumpul yang diadakan oleh KBRI selalu berasa seperti bertemu keluarga yang besar sekali.

Solat Ied bersama [foto dari FB KBRI Bern]
Salam-salaman setelah solat
Keluarga Besar Indonesia di Swiss [foto dari FB KBRI Bern]

3. Kambingnya virtual

Tidak seperti lebaran di Indonesia, di Swiss tidak boleh menyembelih kambing sembarangan. Jadi pada Idul Adha kali ini, kambingnya mesti absen. Oleh karena itu, untuk bayar kurban, saya memilih untuk bayar secara online dengan rupiah lewat lembaga di Indonesia, seperti Dompet Dhuafa dan ACT. Adapun pilihan untuk membayar melalui lembaga pengajian lokal di Swiss, yaitu Verein Percikan Iman, yang nantinya akan diteruskan ke Rumah Zakat. Siapa tau mau bayar kambingnya pakai CHF.

Bayar kambing kurban pakai CHF [FB Verein Percikan Iman]

Walaupun gak ada kambing, untungnya KBRI Swiss sangat berbaik hati dan bersedia membahagiakan anak-anak rantau dengan makanan Indonesia gratis. Ada ketupat, opor ayam, daging semur, bahkan sampai jengkol kentang balado! Rasanya enak seperti masakan rumah, gratis pula! Berkah lebaran, Alhamdulillah.

Pak Wakil Ketua PPI bahagia makan ketupat opor

Pada akhirnya, lebaran di Swiss sangat berkesan – tentu banyak hal yang berbeda dari Indonesia, namun suasana yang dirasakan sangat familier apabila dirayakan bersama sesama orang Indonesia.

It feels like home far away from home 🙂