Ditulis oleh Hafiz Budi Firmansyah. Mahasiswa S3 Université de Genève, Digital Economy Working Group
Keywords : Efisiensi, kolaborasi, konektivitas, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan
Pendahuluan
Di tahun 2022, perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Indonesia membahas tiga isu strategis dunia sekaligus yaitu arsitektur kesehatan global, transformasi digital dan transisi energi berkelanjutan. Menarik untuk dibahas mengapa isu transfromasi digital masuk menjadi agenda prioritas dari kegiatan yang menghadirkan sedikitnya 19 kepala negara dan 1 pimpinan Uni Eropa tersebut.
Secara harfiah, teknologi digital merupakan alat bantu bagi manusia untuk bisa bekerja secara lebih produktif, efektif dan efisien. Perkembangan teknologi digital yang kian pesat saat ini telah masuk ke berbagai macam sektor kehidupan seperti kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi dan pertahanan. Jika kita bayangkan, dalam 24 jam sehari, kita hampir selalu terhubung dengan teknologi digital. Mulai dari mengecek pesan singkat di pagi hari, sampai berburu belanjaan dengan gratis biaya kirim di malam hari.
Selain itu, teknologi digital juga memiliki peran yang sangat vital bagi pertumbuhan ekonomi. Membuka lapangan kerja baru yang sebelumnya belum pernah ada sampai memiliki economic value yang menggiurkan bagi sebagian pelaku usaha. Di masa pandemi, teknologi menjadi booster di tengah anjloknya pertumbuhan ekonomi karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Pandemi Covid-19 mengakselerasi transformasi digital
Pada bulan April 2020, pemerintah pertama kali menerapkan kebijakan PSBB. Saat itu, Presiden Jokowi yang menghimbau agar kita semua dapat bekerja dari rumah, beribadah dari rumah dan bersekolah dari rumah. Semenjak saat itu, berseri-seri PSBB muncul di berbagai pemberitaan. Situasi tersebut tentu menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bagaimana tidak, konsumsi rumah tangga yang menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia terjun bebas akibat PSBB. Namun, di tengah pembatasan tersebut ada semacam blessing in disguise atau berkah tersendiri bagi pertumbuhan ekosistem digital di Indonesia. Sedikitnya ada empat kontribusi teknologi digital selama masa PSBB.
Pertama, platform belanja digital menopang pertumbuhan ekonomi. Data dari idEA menyebutkan bahwa UMKM yang telah onboard digital meningkat dari 9,9 juta UMKM sebelum pandemi Covid-19 menjadi 19 juta UMKM. Kedua, munculnya akun-akun civil society di media sosial yang menyebarluaskan informasi jumlah kasus aktif sampai edukasi pentingnya vaksinasi. Hal ini sedikit banyaknya membantu pekerjaan pemerintah dalam menyebarluaskan informasi terkait pencegahan dan penanganan virus Covid-19. Ketiga, layanan pesan singkat membantu pelayanan pemerintahan untuk mengurangi tatap muka masyarakat dengan pelayan publik. Keempat layanan konferensi video yang memungkinkan pembelajaran di sekolah dan konsultasi kesehatan tetap berjalan. Di masa sulit tersebut, pelaku bisnis, organisasi dan pemerintah sadar bahwa teknologi dan konektivitas menopang aktivitas sehar-hari meskipun di tengah pembatasan mobilitas. Sehingga, tidak heran hampir semua organisasi maupun korporasi mencoba melakukan transformasi digital di seluruh lini.
Transformasi digital di Indonesia
Jika dikaji lebih dalam, transformasi digital memiliki sedikitnya tiga pilar penting yaitu, data, infrastruktur dan teknologi. Pertama, data merupakan bentuk minyak baru dalam dunia digital. Menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2022 negara kita memiliki pengguna internet yang mencapai 210 juta. Hal ini membuat Indonesia sangat berpeluang besar menjadi the saudi arabia of data di tingkat kawasan. Namun, kemudian yang menjadi tantangan utamanya adalah bagaimana mendorong sektor-sektor ekonomi informal seperti UMKM untuk sebanyak dan secepat mungkin mengadopsi teknologi digital. Dibutuhkan upaya lintas sektor yang sungguh-sungguh, masif dan konkrit agar para pelaku UMKM tersadarkan bahwa di masa kini dan masa depan teknologi digital tidak dapat terpisahkan dari kegiatan usaha.

Kedua, infrastruktur merupakan tulang punggung bagi perkembangan teknologi digital. Upaya pemerintah melalui Kemenkominfo dalam menyediakan internet sampai ke desa patut diapresiasi. Namun, kita tetap perlu mengawal ketersedian dan kecepatan internet yang telah disiapkan agar selalu tersedia dan stabil. Ketiga, teknologi yang handal dan terjangkau. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, masyarakat memerlukan perangkat teknologi yang mumpuni namun tetap terjangkau. Perlu ada upaya bersama untuk bisa mewujudkannya. Tidak perlu selalu menunggu kebijakan pemerintah. Model bisnis penyewaan perangkat teknologi seperti komputer, laptop dan telepon pintar dapat ditangkap sebagai peluang bisnis yang menguntungkan bagi pelaku usaha.
Melihat pentingnya isu perkembangan teknologi digital dan besarnya dampak terhadap ekonomi, dalam presidensi G20 Indonesia, pemerintah membentuk kelompok kerja ekonomi digital. Adapun tiga isu prioritas yang dibahas dalam kelompok kerja ekonomi digital.
Pertama, konektivitas dan pemulihan pasca pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 telah terbukti mempercepat transformasi digital. Namun, kita sadari bahwa pandemi juga membuat kesenjangan akses digital menjadi semakin lebar. Misalkan, tidak semua siswa di sekolah dan kampus memiliki perangkat teknologi yang kompatibel dan akses internet yang mumpuni ketika mengikuti pembelajaran daring. Kesenjangan digital ini tentu perlu menjadi catatan penting bagi seluruh pemangku kepentingan. Konektivitas digital turut berperan penting dalam inklusi digital dan transformasi digital.
Sebagai contoh, teknologi digital dapat mempercepat target pemerintah untuk mengejar inklusi keuangan di Indonesia dengan hadirnya bank digital. Selain itu, konektivitas digital juga dipercaya mampu untuk mewujudkan konektivitas yang berdampak, mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan dan mendukung pemulihan ekonomi paska pandemi Covid-19. Di tengah manfaat tersebut, tentu kita tidak juga harus melihat tantangan konektivitas digital. Beberapa tantangan yang berpotensi muncul yaitu terkait dengan keamanan digital dan privasi. Untuk mengatasi tantangan tersebut diperlukan paling tidak tiga hal yaitu, infrastruktur teknologi yang handal, upaya pencegahan penyalahgunaan penggunaan teknologi dan melindungi pengguna layanan digital dari aktivitas ilegal.
Untuk mewujudkan ekosistem ekonomi digital yang tangguh, upaya penguatan lintas pemangku kepentingan juga harus diperkuat. Kerjasama dan pertemuan antara inovator digital, startup, akademisi, venture capital, korporasi dan pemerintah perlu diperbanyak.
Kedua, kemampuan dan literasi digital bagi masyarakat merupakan kunci bagi perkembangan ekosistem ekonomi digital. Kolaborasi internasional yang kuat diperlukan agar supaya sumber daya manusia Indonesia dapat naik kelas. Akses terhadap literasi digital harus dibuka seluas-luasnya tanpa memandang sekat suku, geografis dan strata sosial. Diperlukan kolaborasi dengan institusi pendidikan untuk mewujudkannya.
Pekerjaan rumah transformasi digital di Indonesia
Saat ini, paling tidak terdapat dua hal yang menjadi tantangan transformasi digital di Indonesia. Pertama, minimnya pembahasan manfaat teknologi digital bagi kelompok disabilitas dan anak-anak. Memang disebutkan untuk kelompok rentan, namun tidak secara spesifik menjelaskan perlindungan terhadap kelompok disabilitas dan anak-anak. Kedua, belum adanya kesepakatan universal design untuk teknologi digital. Padahal dengan adanya universal design pada teknologi digital, inklusi digital dapat terwujud.
Apa yang sebaiknya kita lakukan berikutnya ?
Pemerintah sebagai regulator harus dapat mewujudkan visi digital jangka panjang seperti tinggal di desa, rezeki kota dan bisnis mendunia. Hal ini hanya bisa dicapai dengan cepat melalui ekonomi digital. Ada tiga hal yang dapat mengakselerasinya. Pertama, merumuskan regulasi yang pro kepada pertumbuhan ekonomi digital. Kedua, menyediakan insentif untuk riset dan inovasi yang berkaitan dengan ekonomi digital. Ketiga, memastikan peningkatan kapasitas bagi pelaku UMKM dan masyarakat sebagai konsumen
Sektor bisnis harus bisa mengambil momentum pasca G20. Badai pemutusan hubungan kerja besar-besaran di startup digital harus diimbangi dengan perbaikan tata kelola data dan layanan bisnis. Sehingga, hak-hak masyarakat terhadap kepemilikan data pribadi bisa dijaga. Sektor bisnis juga perlu untuk melakukan investasi sumber daya manusia baik yang sifatnya upgrading atau upscaling. Perusahaan berbasis teknologi perlu memperbanyak pelatihan pemenuhan digital skills di tingkat advanced seperti artificial intelligence, cybersecurity dan high performance computing.
Masyarakat dapat mengambil peran sebagai kontrol sosial. Jika ditemukan pelanggaran terkait keamanan data pribadi pada platform digital, masyarakat dapat mengajukan pengaduan serta harus dijamin kerahasiaan identitasnya.
Kampus sebagai institusi pendidikan paling tidak harus melakukan tiga hal. Pertama, menyusun kurikulum yang agile mengikuti dengan perkembangan zaman. Kedua, memperbanyak riset lintas disiplin ilmu. Ketiga, memperbanyak spin off riset menjadi inovasi yang memiliki nilai ekonomi.
Media perlu menyediakan lebih banyak ruang-ruang yang sifatnya partisipatif terutama terkait dengan isu digital ekonomi. Misalkan, menyediakan exposure yang lebih banyak bagi masyarakat untuk dapat memberikan opini.
Rangkuman dan Poin Utama
Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada 2022 membahas isu strategis termasuk transformasi digital yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru. Pandemi Covid-19 mempercepat transformasi digital dan meningkatkan kesenjangan akses digital. Transformasi digital memiliki tiga pilar penting: data, infrastruktur, dan teknologi. Dalam presidensi G20 Indonesia, kelompok kerja ekonomi digital membahas isu prioritas seperti konektivitas, pemulihan pasca pandemi, dan literasi digital. Untuk mengakselerasi ekonomi digital, perlu adanya penguatan lintas pemangku kepentingan, kolaborasi internasional, dan penyelesaian tantangan transformasi digital di Indonesia. Pemerintah, sektor bisnis, masyarakat, kampus, dan media harus berperan aktif dalam mewujudkan ekosistem ekonomi digital yang tangguh.
No. | Poin Utama | Keterangan |
---|---|---|
1 | Isu Strategis G20 | Arsitektur kesehatan global, transformasi digital, transisi energi berkelanjutan |
2 | Peran Teknologi Digital | Mendukung pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru |
3 | Dampak Pandemi Covid-19 | Mempercepat transformasi digital, meningkatkan kesenjangan akses digital |
4 | Tiga Pilar Transformasi Digital | Data, infrastruktur, dan teknologi |
5 | Isu Prioritas Kelompok Kerja Ekonomi Digital G20 | Konektivitas, pemulihan pasca pandemi, dan literasi digital |
6 | Penguatan Lintas Pemangku Kepentingan | Melibatkan inovator digital, startup, akademisi, venture capital, korporasi, dan pemerintah |
7 | Kolaborasi Internasional | Meningkatkan kemampuan dan literasi digital masyarakat Indonesia |
8 | Tantangan Transformasi Digital di Indonesia | Perlindungan kelompok disabilitas dan anak-anak, belum adanya kesepakatan universal design |
9 | Peran Pemerintah | Merumuskan regulasi pro pertumbuhan ekonomi digital, insentif riset dan inovasi, peningkatan kapasitas UMKM dan masyarakat |
10 | Peran Sektor Bisnis, Masyarakat, Kampus, dan Media | Perbaikan tata kelola, kontrol sosial, penyusunan kurikulum, partisipasi masyarakat dalam mengakselerasi ekonomi digital |