5 kesalahan umum penulisan CV yang membuatnya kurang menggoda

Oleh Lugas Raka Adrianto

Sudah menjadi rahasia umum bahwa perekrut kerja, alias HR hanya butuh waktu kurang dari 30 detik untuk menentukan apakah sebuah CV layak untuk dipertimbangkan atau disisihkan. Menurut investigasi lembaga HR ‘TheLadders’, rata-rata CV hanya melewati proses penyaringan selama 6 detik! Ini berarti, sangatlah singkat waktu yang kamu miliki untuk bisa memikat hati pembaca. Pernahkah kita sendiri bertanya, bagaimana bisa? Apa ‘sih sebetulnya aspek-aspek penting yang perekrut perhatikan sebelum menentukan CV kita pantas untuk dianalisis lebih detil lagi?

Pembuka cerita (sumber: Pexel)

Kamu beruntung sudah berada di halaman ini, karena divisi pengembangan karir PPI merangkum elemen paling penting dan tips berharga lainnya agar CV yang kamu miliki bisa bertahan lebih dari 6 detik. Artikel ini ditujukan untuk semua kalangan (mahasiswa) baik yang:

  • Belum memiliki CV sama sekali dan bingung mulai dari mana,
  • Atau kamu yang sudah pernah menulis CV namun masih merasa ada bagian yang bisa ditingkatkan
  • Atau juga, seperti kasus kedua namun ingin merombak semua prosesnya dari nol

Terlepas dari apakah CV milikmu akan digunakan untuk melamar pekerjaan selepas kuliah, memburu tempat magang, atau persyaratan umum memperoleh beasiswa, tulisan ini dibuat sepraktis mungkin sehingga kamu pada akhirnya akan dibekali wawasan yang kokoh. Tujuan akhirnya jelas: nantinya kamu akan punya gaya CV-mu sendiri. Tentunya tetap dengan memperhatikan dengan baik semua organ utama CV dan pentingnya keberadaan mereka di dalam lembar riwayat kerjamu.

..

.

Sudah siap?

Ayok kita mulai!

  1. Terlalu banyak buang waktu saat memikirkan format

Seberapa kreatif kalian, cara paling efektif memulai penulisan CV adalah dengan menggunakan format yang sudah tersedia. Mudah’kah prosesnya? Apakah bisa digunakan secara gratis? Jawaban singkat keduanya: Iya! Penggunaan template tidak hanya menyelamatkanmu dari ratusan menit yang percuma terpakai untuk mengurus format, tapi juga memberikan kerangka awal konten yang sebaiknya dilengkapi di dalam dokumen. Jadi, selamat jalan kebingungan dan kertas putih kosong!

Dua rekomendasi berikut bisa jadi pertimbangan awal kamu saat memilih template yang sesuai, diantaranya: Microsoft Word Template dan Google Docs Template Gallery. Hal terpenting: mereka dapat digunakan tanpa harus merogoh kocek sama sekali!

Salah satu contoh template yang tersedia di aplikasi word processing. (sumber: Microsoft Word 2019)
  1. Bingung menulis apa dan di bagian mana

Setiap CV tentunya memiliki elemen dasar yang wajib dilengkapi. Kami ulangi lagi: WAJIB. Sedikitnya ada lima bagian yang mesti kamu cantum di dalam lembaran riwayat kerjamu:

  • Pengalaman kerja
  • Edukasi
  • Kemampuan (IT, bahasa, dll.)
  • Kegiatan ekskul, volunteer atau kepemimpinan lainnya
  • Tambahan: Penghargaan dan prestasi
Ilustrasi salah satu bagian penting di dalam sebuah CV. (Sumber: Google template gallery)

Hampir saja ketinggalan — Selalu ingat untuk sertakan kontak kamu di bagian awal, seperti nama, email, dan yang sedang trendy belakangan ini: situs pribadi atau portofolio! Kalau kamu ialah seorang ilustrator digital, situs seperti Behance bisa jadi pilihan. Di bidang lain, misalnya seorang software developer platform terkenal semacam Github atau Gitlab bisa menjadi galeri coding dan aplikasi keren buatanmu. Lagi-lagi keduanya dapat digunakan secara cuma-cuma, jadi jangan sampai ketinggalan jaman dan belum pernah mencobanya!

  1. Penjelasan apa yang mesti kamu tulis di bawah seksi pengalaman kerja?

Ini dia bagian paling mendebarkan dari CV-mu! OK, apa sih trik jitu supaya kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menulis secermat mungkin? 

Bullet points sudah menjadi standar baku saat ini, dimana kamu dapat mengelompokkan skillset dalam barisan kalimat yang tepat sasaran.

Coba lihat contoh berikut, anggaplah kamu adalah seorang project manager di dalam skema jangka panjang PBB untuk mengentaskan perdagangan manusia.

Sebelum
  • Collaborated with peers in the department of business and economics to run projects on human trafficking prevention. Gathered data and interviewed respondents on a daily basis by means of systematic scientific procedures…
Sesudah
  • Established frameworks about human trafficking prevention with 5 international clusters across all continents
  • Disseminated results as short pitch at World economic forum 2020, an event where 10k world leaders meet to shape our futures

Terlihat jelas perbedaannya, bukan?

Kesimpulannya, masukkan penjelasan yang ringkas dengan fokus utama pada hasil dan usahakan dapat terukur (dari contoh di atas, metrik terlihat dari skala acara dan jumlah kolaborator dalam proyek tersebut). Dengan begini, pembaca dapat dengan mudah memahami dampak dari pekerjaanmu dan kontribusi nyata dari proyek yang kamu bangga-banggakan, tanpa harus terkesan ambigu.

Lalu, bagaimana kalau kamu memiliki segudang pengalaman?

Jawabannya sederhana: hanya jabarkan pengalaman kerja yang relevan dan hapus pengalaman yang tidak berhubungan sama-sekali, kecuali jika kamu yakin ada skillset yang dapat ditransfer di posisi tujuan.

  1. Terlalu pede dengan CV yang sudah ~99% siap? Eits, sabar …

Jadi berapa kali harus kamu periksa sebelum klik tombol send atau upload? Tidak ada aturan baku berapa. Ada yang mengecek sampai ratusan kali, dan itu sah-sah saja. Namun, ketimbang kamu membacanya sampai batas titik jenuhmu.

  • Kesalahan penulisan sangatlah umum terjadi. Solusinya adalah…Proofread! Kalau kamu merasa masih kurang yakin, kamu bisa gunakan software grammar checks yang langsung di browser favoritmu tanpa harus menginstalnya secara terpisah. Contohnya: Hemingway Editor
  • Minta saran-saran dari temanmu atau konseling karir profesional di kampusmu. Contoh: ETH Zurich punya divisi khusus yang bisa mengantarkanmu dari A sampai Z mengenai job hunting dan topik karir lainnya. Selain memperoleh bantuan perihal penulisan, umumnya counsellor juga sangat terbuka dan kritis terhadap konten apa yang perlu kamu ulas di dalam tiket kerjamu ini.

Yakin ‘deh, poin ini mungkin terbilang sepele tetapi banyak orang terburu-buru lalu mengabaikannya begitu saja. Kamu bukan salah satu di antara mereka ‘dong?

  1. Printilan lainnya: berapa halaman? Warna? Referensi?

Bagi kamu yang masih berstatus mahasiswa dan berencana mengirim aplikasi ini sebagai jalur untuk mendapatkan pekerjaan pertamamu: 1 halaman ialah jumlah yang sangat disarankan. 2 halaman (maksimal)  jika kalian sudah memiliki beberapa pengalaman kerja yang bisa mendukung posisi yang kamu kejar. 

Namun, selayaknya apapun yang terjadi di dalam hidup: “There is no one CV fits for all”. 

Akan sangat mungkin jika tips-tips di atas kamu langgar, terutama jika posisi yang jadi targetmu sangatlah spesifik dan meminta susunan khusus yang mesti tertulis di dalam CV. Berikut beberapa intrik yang bisa kamu amati:

  • Akademia umumnya menitikberatkan pada publikasi ilmiah, pengalaman mengajar, mata kuliah yang pernah/ sedang diambil, dan tanggung jawab akademik lainnya. Jangan heran jikalau profesormu memiliki riwayat kerja dengan jumlah total halaman kisaran 5 sampai 10 halaman!. Untuk mahasiswa di institusi Eropa, umumnya lowongan kerja hampir pasti mewajibkan format Europass demi keseragaman antar negara.
  • Fenomena lainnya adalah praktisi di dunia seni dan kreatif. Formatnya sangat mungkin tidak pernah tersedia di situs manapun, dengan kombinasi warna dan bentuk yang mencerminkan sisi kreatif si penulis. Sesekali menerobos aturan, boleh ‘kan

Dari  pengamatan ini, pesannya adalah: pastikan terlebih dahulu tujuan CV kalian untuk apa, ke mana kalian akan mengirimkannya, dan bidang apa yang kalian geluti. Implikasinya jelas—Buat berbagai versi kalau kamu tahu dirimu adalah seorang yang multitalenta dan akan melamar di berbagai posisi berbeda. 

Tips terakhir: Sesekali kamu perlu juga untuk melihat CV temanmu atau orang lain, lantas menerapkannya ke CV-mu sendiri. Ada banyak cara belajar dan sumber inspirasi, selama mereka semua bisa menyempurnakan karyamu sendiri, kenapa ‘nggak? 😎

Akhir kata, selamat ber-CV ria!

Referensi:

The Ladders. 2018. Eye-Tracking Study. URL: https://www.theladders.com/static/images/basicSite/pdfs/TheLadders-EyeTracking-StudyC2.pdf. Diakses pada 30 September 2020

https://deuchtabs.org/diabetes/index.html